UKDW Yogyakarta Menjadi Tuan Rumah Bahas Perdamaian Dunia "Peace Among The Nation: Reformed Theology And Geopolitical Conflicts"


YOGYAKARTA, DIY (Wartajawatengah.com)_ Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menjadi tuan rumah,  Konferensi International Reformed Theological Institute (IRTI) 2024, dengan tema "Peace among the Nations: Reformed Theology and Geopolitical Conflicts" di gelar kampus UKDW, Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo, Kotabaru, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, DIY, Sabtu (29/06/2024).


Acara tersebut berlangsung empat hari, mulai  27-30 Juni 2024, dihadiri sekitar 49 peserta dari berbagai Negara seperti Belanda, Amerika Serikat, Inggris, Hungaria, Jerman, Meksiko, Afrika Selatan, Rumania, Ukraina hingga Mesir.


Para peserta yang hadir, terdiri mulai dari akademisi dan praktisi yang berkomitmen memajukan upaya perdamaian dan keadilan global.


Koordinator Program Pdt. Devina Widiningsih mengatakan, keterlibatan UKDW dalam acara ini membuktikan komitmen UKDW secara serius melakukan refleksi teologis yang kritis dalam melihat isu-isu lokal maupun global. 



Konferensi digelar bertujuan dapat menjadi platform penting, untuk bertukar ide dan mengeksplorasi hubungan antara Teologi Reformasi dan isu-isu geopolitik.


“ Melalui konferensi IRTI ini, kami dapat dilihat sebagai situs refleksi guna menentukan dasar sekaligus melahirkan strategi-strategi baru dan kontekstual sebagai alternatif penyelesaian konflik," Tutur Devina Widianingsih.


Sebagai tindak lanjut kegiatan tersebut, menurut Devina Widianingsih, harus bisa menjadi refleksi teologis yang diharapkan tidak hanya menjadi diskusi para elit akademisi saja, melainkan sampai ke akar rumput.


"Jadi nanti outputnya, akan ada semacam rekomendasi berbentuk scopus, dan harapannya bisa disampaikan ranah lebih tinggi lagi. Mengingat para peserta yang hadir disini tentunya jelas punya koneksi petinggi-petinggi lainnya. Saya harap seperti itu", Pungkas Devina Widyaningsih.


Sementara itu, Director Management Team IRTI, Dr. Pieter Voz menjelaskan, tema tahun ini dilatarbelakangi karena konflik yang sedang terjadi di Ukraina dan Gaza. Imbas konflik-konflik tersebut berdampak kepada mereka yang terlibat langsung bahkan ada yang menjadi korban agresi dan teror. 


"Konflik ini memiliki dampak politik, ekonomi, hingga sosial secara global. Meski negara-negara lain ada yang tidak terlibat langsung. Tapi jelasnya, dukungan politik dan militer yang kuat dari banyak negara terhadap perlawanan Ukraina terhadap agresi Rusia. Ini menunjukkan dimensi geopolitik dan dampak konflik ini," Jelas Pieter Vos.


Dr. Pieter Vos juga menekankan, bahwa agama merupakan faktor yang sangat penting, baik maupun buruk. Buruknya, motif agama bisa disalahgunakan untuk melakukan agresi dan teror, bahkan mendeklarasikan 'perang suci', disisi lain, agama memotivasi untuk membangun perdamaian.


" Tradisi agama termasuk sumber penting dalam pertimbangan moral, tentang apakah dan dalam kondisi apa. Penggunaan kekuatan militer, dapat dibenarkan untuk melindungi orang-orang yang tidak bersalah, dari agresi brutal ", Pungkas Pieter Vos.



(Red/Mawan)