Anda Untung Saya Untung Juga !!! Tradisi Kongkalingkong Pengadaan Gamelan di Yogyakarta


YOGYAKARTA, DIY || wartajawatengah.com_ Dalam proyek apapun di pemerintah harus saling menguntungkan antara pejabat pengadaan dan penyedia barang, harus saling untung. Jika tidak menguntungkan, tidak dipakai ! Itu lah, proyek di lembaga pemerintah kita.

Di pertengahan tahun ini, pengrajin gamelan di Yogyakarta, ramai informasi bawah Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan ada pengadaan gamelan secara terbuka bagi pengrajin gamelan di wilayah Yogyakarta, Selasa (15/07/2025).

Penjelasan salah satu pengrajin Gunungkidul, yang tak berkenan disebutkan namanya, iya menjelaskan bagi pengrajin, informasi ini penting karena bisa mengadu nasib, siapa tahu mendapatkan pekerjaan dari pemerintah. 

" Selama ini, kami pengrajin gamelan di Gunungkidul, tidak pernah terlibat dan bahkan penyedia gamelan. Orangnya terus mendominasi setiap tahunnya. Tapi tahun 2025, agak berbeda,? Dinas kebudayaan DIY mencoba terbuka, untuk pengrajin gamelan di seluruh Yogyakarta untuk menawarkan harga tafsiran gamelannya," kata Pengrajin Gamelan.

Persaingan pengrajin gamelan di Yogyakarta tentunya ketat, karena persaingan ini bukan pengrajin gamelan dengan pengrajin gamelan saja, akan tetapi pengrajin gamelan dengan distributor dan yang paling berat ialah persaingan pengrajin gamelan. Dengan kebijkaan yang dibuat untuk menguntungkan disendiri.

" Bagi kami sebagai pengrajin ini berat, karena ini lebih ke praktik persoalan keuntungan jabatan. Politik kongkalikong dalam pengadaan gamelan di Yogyakarta, bagi saya sebagai pengrajin sudah menjadi tradisi, dan pengrajin gamelan yang lainnya hanya diam takut terdampak tidak diberikan proyek gamelan oleh Dinas Kebudayaan," jelasnya.

Akan tetapi, bagi pengrajin gamelan di Gunungkidul ini, berbeda mereka sering menyuarakan bahwa pengrajin gamelan bukan hanyan ada di Kota Yogyakarta dan Bantul saja. Gunungkidul juga ada pengrajin gamelan yang harus di lestarikan dan di Jaga, jangan sampai kebijakan itu, mematikan pengrajin gamelan yang lain.  

Protes pengrajin gamelan di Gunungkidul bukan berbicara persoalan keuntungan saja bagi kami. Akan tetapi, pengrajin gamelan di Gunungkidul ingin merasakan dampaknya Dana Keistimewaan (DANAIS) secara merata. Paling besar manfaatnya, berdampak kepada masyarakat dan membuka peluang pekerjaan baru sekitarnya. Akan tetapi domininasi proyek gamelan setiap tahunnya tidak ada perubahan, terus menjadi tradisi kongkalikongnya. Tentunya praktik ini, menjadi kekhawatiran akan masa depan pengrajin gamelan di Gunungkidul.

Kongkalikong dalam proyek gamelan itu sudah menjadi hal biasa, dari praktik pengadaan gamelan secara terbuka akan tetapi informasi pengumumannya tertutup, dan bahkan yang paling lucunya tidak ada pengumuman tahu-tahu pengusaha gamelan itu sudah mulai proses pekerjaan gamelannya. 

Model-model kongkalikong di proyek banyak modusnya, dari meminta uang kembalian dengan jumlah tertentu, jika sepakat dapat pekerjaan. Paling aneh lagi ialah, pengrajin gamelan tertentu diberikan informasi jauh-jauh hari untuk memproduksi gamelan secara jumlah besar, dan pada akhir tahun di beli tanpa ada lelang. Dengan alasan, karena pengrajin gamelan ini memenuhi syarat untuk memenuhi kebutuhan pengadaan gamelan secara besar. 

Semakin tahun kontrol tentang pengadaan gamelan tidak ada pengawasaan, pengadaan gamelan hanya untuk mencari ke untungan saja, bukan memikirkan bagaimana pengadaan gamelan lestari di masyarakat. Dimana pengadaaan gamelan ini tidak menghilangkan kualitas gamelan, dan tidak memberatkan pengrajin gamelan. 

" Paling penting pengrajin mempunyai pekerjaan yang merata di seluruh Yogykarta di memberatkan pengusaha tertentu saja, supaya ekonomi di masyarakat tumbuh," pungkasnya.




(Redaksi/WW)