GUNUNGKIDUL, DIY ||Wartajawatengah.com_ Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat RM. Kukuh Hestriasning (Ndoro Aning) didampingi istrinya, Nine Ganda Prasari (Ndoro Sari) melakukan jamasan pusaka Tenong Warjoyo Mulyo di Padukuhan Karang, Kalurahan Girikarto, Kapanewon Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Rabu (24/07/2024).
Tradisi jamasan (membersihkan benda pusaka), mulai dilaksanakan pada Selasa 23 Juli 2024 malam hari, tradisi jamas pusaka merupakan salah satu budaya, turun-temurun dari nenek moyang masyarakat setempat yang masih dilaksanakan hingga kini setiap satu tahun sekali.
Untuk yang kesekian kalinya RM. Kukuh Hestriasning bersama juru kunci (Mbah Kis dan Mbah Margo) beserta ahli waris Tenong Warjoyo Mulyo, bapak dan Ibu Sumarno dan warga Pedukuhan Karang, Kalurahan Girikarto melakukan ritual prosesi jamasan pusaka dilaksanakan dirumah ahli waris atau penerus pusaka tersebut.
Didepan awak media RM. Kukuh Hestriasning (Ndoro Aning) menjelaskan, dihari ini dalam rangka acara tradisi jamasan pusaka Tenong Warjoyo yang merupakan peninggalan salah satu sejarah di Padukuhan Karang, yang menjadi bagian dari sejarah peradaban di Kabupaten Gunungkidul.
"Jadi pusaka Tenong Warjoyo Mulyo, yang dijamasi hari ini merupakan Tenong, sebuah wadah mirip tenggok tapi pendek. Wadah tersebut di gunakan untuk menyimpan benda-benda berharga, yang di masukkan ke dalam gledek yang ditempatkan dalam pecucen," jelas Ndoro Aning.
Termasuk yang ada didalam tenong ada sebuah kain, menurut cerita rakyat yang berkembang, dahulu dibawa oleh leluhur di abad 1516. Kain ini dipakai oleh leluhur, yang diyakini untuk mengayomi masyarakat Padukuhan disini, ataupun Kalurahan sampai Kapanewon Panggang.
Dijelaskan lebih lanjut, sebutan Tenong Warjoyo Mulyo itu berawal pada tahun 2016, alhi waris yang mewarisi pusaka ini memperoleh petunjuk, secara spiritual bahwa pusaka tersebut diberi nama Warjoyo. Kemudain waktu itu ada pagelaran Wayang kulit disini, sebagai perayaan sehingga diberikan nama itu.
Selain itu didalam Tenong adanya Pusaka Puser Bumi, Lendang Sutera Ontro Kusomo, Silak, Kejen Suro, Godo, Tumbak Tunggul Nogo dan sebilah pedang, ditimang untuk kemudian dijamasi dengan berbagai bunga.
"Harapan dari Ahli Waris dan masyarakat Pedukuhan Karang dan Kelurahan Girukarto, benda peninggalan yang diyakini oleh masyarakat ini, sebagai peninggalan leluhur, untuk diteliti oleh Dinas BCB maupun dari akademisi agar menjadi Benda Cagar Budaya. Agar kedepan, keberadaan Tenong Warjoyo Mulyo ini, menjadi lebih valid (sejarah asal usulnya) sehingga menjadi bagian tak terpisahkan, dengan perjalanan sejarah peradaban di Gunungkidul Khususnya. Serta meliputi Daerah Istimewa Yogyakarta pada umumnya," Pungkas Gusti Aning.
Menurut Mbah Margo selaku juru kunci pusaka Tenong Warjoyo Mulyo menyampaikan, pusaka ini sebagai lantaran diyakini untuk mengayomi masyarakat Padukuhan Karang, untuk ngalap berkah supaya masyarakat petani disini dalam bertaninya diberi panen yang berlimpah oleh Tuhan Yang Maha Agung.
"Pusaka ini hanya sebagai lantaran saja, diyakini masyarakat Padukuhan karang, untuk among tani, agar hasil panen dilimpahkan Gusti Allah," Tutur Margo.
Prosesi pelaksanaan upacara sakral jamasan berlangsung selama tiga (3) jam, dimulai pukul 10.00 WIB sampai selesai, dilanjutkan acara ramah-tamah bersama masyarakat sekitar, yang ikut menyaksikan proses jamasan tersebut.
(Red/Mawan)
Social Plugin