Pelajar Asal Wonogiri Akhiri Hidup di Solo, Dugaan Tekanan Asmara Jadi Pemicu

SOLO, JATENG || wartajawatengah.com —

Duka mendalam menyelimuti dunia pendidikan Wonogiri. Seorang siswi kelas XII asal Kecamatan Tirtomoyo, berinisial W (17), ditemukan meninggal dunia di kamar mandi tempat indekosnya di kawasan Banjarsari, Kota Solo, Jumat (17/10/2025) pagi.


Korban diketahui sedang menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) di salah satu perusahaan di Solo. Kabar tragis itu sontak menyebar cepat dan mengguncang hati rekan-rekan sekolah serta warga sekitar. Dari hasil olah tempat kejadian perkara, pihak kepolisian menyimpulkan bahwa korban meninggal dunia akibat gantung diri.


Kapolsek Banjarsari AKBP Parjono membenarkan kejadian tersebut. Ia menuturkan bahwa malam sebelum kejadian, korban sempat mengeluh soal masalah asmara kepada teman sekamarnya.


“Korban sempat curhat tentang hubungan percintaan yang tidak berjalan baik. Paginya, saat saksi hendak ke kamar mandi, korban sudah ditemukan tergantung dan tidak bernyawa,” jelas Parjono saat dikonfirmasi wartajawatengah.com, Sabtu (18/10/2025).


Hasil pemeriksaan sementara menunjukkan tidak ditemukan tanda kekerasan fisik pada tubuh korban. Jenazah korban kemudian dibawa ke RS Moewardi Solo untuk pemeriksaan lanjutan oleh tim Inafis Polresta Surakarta.


“Korban ditemukan masih berpakaian lengkap, tidak ada luka kekerasan, dan dinyatakan murni bunuh diri,” tambahnya.


Informasi yang dihimpun menyebutkan, korban sempat mengalami kekecewaan setelah hubungan percintaan sebelumnya berakhir, dan diduga menghadapi tekanan emosional akibat hubungan barunya yang tak sesuai harapan.



Kasus ini menjadi peringatan keras bagi masyarakat tentang pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental remaja. Tekanan emosional, terutama di usia sekolah, kerap berujung fatal jika tidak mendapat pendampingan dan ruang curhat yang aman.


Pihak kepolisian mengimbau keluarga, guru, serta lingkungan sekitar untuk lebih peka terhadap tanda-tanda depresi pada remaja.


“Jangan anggap enteng keluhan anak muda. Kadang mereka hanya butuh didengar,” tutup Parjono.





(Red)