WONOGIRI, JATENG || wartajawatengah.com_
Pagi yang seharusnya ramai dengan teriakan tawar-menawar kini berubah menjadi suasana penuh keprihatinan. Setelah pasca kebakaran hebat yang melanda Pasar Kota Wonogiri, Senin (7/10/2025), puluhan pedagang berjuang memulai kembalite kehidupan mereka dari sisa-sisa abu dan puing.
Terpantau awak media, sejumlah pedagang berinisiatif mendirikan tenda-tenda darurat di beberapa titik sekitar pasar. Di belakang pasar, tepat di dekat rel kereta api, berderet lapak-lapak sederhana menjajakan sembako dan sayuran. Sementara di sisi depan pasar, sejumlah pedagang buah tampak mulai membangun lapak-lapak dari kayu seadanya.
Bahkan area terminal angkutan Wonogiri kini berubah fungsi menjadi deretan kios darurat, menjadi simbol keteguhan mereka yang tak mau menyerah pada nasib. Namun di balik semangat itu, tersimpan kisah getir yang masih hangat di hati para pedagang.
“Bangunan kios kami masih utuh, tapi dalamnya gosong semua, tak ada yang bisa diselamatkan,” ujar salah satu pedagang sembako dengan mata berkaca-kaca.
Di antara sisa arang dan bau asap, banyak dari mereka masih menahan tangis saat mengenang bagaimana jerih payah bertahun-tahun ludes hanya dalam hitungan jam. Investigasi lapangan menunjukkan, relokasi pasar darurat memang sudah dimulai didirikan tenda-tenda. Namun kenyataan di lapangan berbicara lain, banyak pedagang yang kesulitan memulai kembali usahanya karena kehilangan seluruh modal.
Beberapa tenda tampak kosong, sementara sebagian lainnya hanya terisi setengah, menandakan keterbatasan barang dagangan.
“Bukan hanya kehilangan tempat, tapi juga kehilangan harapan. Kami ingin bangkit, tapi modal kami habis,” tutur seorang pedagang buah di depan pasar.
Hingga kini, belum seluruh pedagang dapat beraktivitas kembali. Dari pantauan media, hanya lapak di belakang pasar, khususnya pedagang sayur dan sembako, yang mulai menggeliat. Sementara di sisi depan pasar, kesunyian masih terasa, seolah menjadi saksi bisu betapa beratnya proses kebangkitan ini.
Kebakaran Pasar Kota Wonogiri bukan hanya meninggalkan puing-puing bangunan, melainkan juga luka sosial dan ekonomi yang mendalam. Di balik tenda-tenda terpal dan meja-meja seadanya, tersimpan kisah perjuangan manusia-manusia kecil yang terus berjuang mempertahankan hidup, dengan harapan bahwa dari abu kebakaran, mereka akan kembali menyalakan api semangat untuk bangkit.
(Red/Giyarto)
Social Plugin