GUNUNGKIDUL, DIY || wartajawatengah.com_ Pernyataan Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih dalam penutupan Festival Campursari Nasional yang menyebut seniman campursari lokal yang tampil bersama grup luar daerah sebagai pengkhianat, menuai reaksi keras dari kalangan seniman. Mereka menyesalkan pilihan kata tersebut karena dianggap tidak mencerminkan semangat kebersamaan dalam berkesenian.
Perwakilan pekerja seni Prajaseni Kapanewon Semin, Gunungkidul yang juga Owner Campursari Guntur Madu, Joko Wahyudi, (dilangsir dari sorot.co), menyatakan bahwa tidak ada sedikit pun niat seniman Gunungkidul untuk mengkhianati daerah kelahirannya.
"Kami datang dengan niat tulus, ingin berkhidmat melalui seni dan budaya. Kalau ada kawan-kawan yang ikut tampil bersama grup luar daerah, itu murni bentuk partisipasi dan persaudaraan seniman, teman - teman itu tahunya ya dijob. Dan yang paling penting adalah tidak ada aturan resmi yang melarang serta dilanggar. Jadi seharusnya tidak perlu dianggap salah apalagi disebut pengkhianatan, yang seolah olah pelaku seni campursari semata mata demi uang honor Rp 250 ribu kemudian melacurkan diri untuk daerah lain,” ungkap Joko Wahyudi, Selasa (16/09/2025).
Padahal pelaku seni itu, sambung dia, sudah berlatih mempersiapkan penampilan dengan berlatih berkali - kali, minimal 5 kali latihan, mengorbankan waktu dan tenaga. Hal tersebut seharusnya diapresiasi karena sudah mau berpartisipasi dalam festival kali ini.
"Bukan malah sebaliknya, dihantam mentalnya dengan dikatakan sebagai penghianat,” tegas Joko Wahyudi.
Ia menambahkan, pernyataan Bupati tersebut telah menimbulkan keresahan bahkan luka di hati pelaku seni campursari, baik di Gunungkidul maupun di luar daerah. Hal ini karena faktanya, hampir semua grup campursari lintas daerah tidak murni diisi oleh personel dari kabupaten asal masing-masing.
"Ambil contoh Group Kawuryan dari Kabupaten Wonogiri. Beberapa personelnya justru asli Gunungkidul, karena Kecamatan Wuryantoro itu berbatasan langsung dengan Gunungkidul. Jadi sangat wajar kalau ada keterlibatan lintas daerah. Apakah mereka lalu bisa disebut berkhianat?” ungkap Joko.
Salah satu cucu Bapak Manthous, Sang Maestro Campursari juga ikut berpartisipasi mewakili grup dari Jakarta karena kebetulan tidak terlibat dalam kepesertaan grup asal Gunungkidul.
"Kalau Dik Venta, cucu maestro campursari yang fotonya dipajang sepanjang acara festival itu tampil bersama grup Jakarta, apakah pantas disebut pengkhianat? Tentu tidak. Seni itu soal pengabdian dan kebersamaan, bukan soal batas administratif,” tegas Joko Wahyudi.
Menurutnya, festival yang menghadirkan ribuan penonton dan puluhan grup campursari dari berbagai daerah itu seharusnya menjadi momentum untuk mengangkat nama Kabupaten Gunungkidul di tingkat Nasional.
"Justru keberhasilan acara ini membuktikan bahwa Gunungkidul bisa jadi pusat seni campursari. Ribuan orang hadir, suasana meriah, dan Gunungkidul dikenal luas. Itu mestinya kita syukuri, bukan disusupi stigma negatif,” ujarnya.
Joko Wahyudi menegaskan, seniman lokal tetap menjunjung tinggi tanah kelahirannya. Menurutnya, pengabdian lewat seni adalah bagian dari menjaga marwah budaya Jawa dan Gunungkidul secara khusus.
"Kami mohon masyarakat jangan salah paham. Seniman Gunungkidul tidak pernah punya niat melawan atau mengkhianati. Yang ada hanya semangat mengabdi, berkhidmat, dan mengembangkan budaya kita sendiri,” katanya lagi.
Pihaknya juga berharap adanya ruang dialog terbuka antara pemerintah daerah, panitia, dan pelaku seni untuk meluruskan persoalan ini.
"Kedepan, kalau memang ada aturan khusus terkait festival, tolong dibuat jelas dan disosialisasikan. Jangan sampai seniman jadi korban salah paham lagi. Kami ingin terus berkarya, menjaga seni, dan mengharumkan Gunungkidul. Mari kita lihat secara obyektif sisi positif atau nilai plus acara tersebut, bukan sekedar melihat kekurangan atau kelemahan acara tersebut, tak ada gading yang tak retak, tak ada perhelatan yang sempurna. Kalau kita mau jujur ambil contoh perhelatan Nasional Pileg dan Pilpres aja tak ada yang sempurna, banyak cacat dan kekurangannya," pungkasnya.
Festival Campursari Nasional di Gunungkidul tahun ini berlangsung meriah dan sukses, menghadirkan seniman dari berbagai daerah. Namun penutupan acara sempat diwarnai kontroversi setelah pidato Bupati menyinggung soal keterlibatan seniman lokal di grup luar daerah.
(Red/Pupung)

.png) 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
%20(8).jpeg) 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Social Plugin