WONOGIRI, JATENG || wartajawatengah.com —
Kepulan asap hitam membubung tinggi di langit dini hari Wonogiri, Senin (6/10/2025). Api melahap habis Pasar Kota Wonogiri, meninggalkan puing-puing hitam dan isak tangis para pedagang yang menyaksikan tempat mereka mencari nafkah berubah menjadi bara dan abu.
Bagi warga Wonogiri, kebakaran pasar bukanlah kabar asing. Setelah Pasar Slogohimo terbakar pada 28 September 2023, disusul peristiwa serupa di kios yang sama pada Januari 2024, lalu kobaran api di Kios Pasar Ngadirojo pada 12 September 2024 — kini giliran Pasar Kota Wonogiri yang menjadi korban “langganan duka” ini.
Di tengah reruntuhan bangunan yang masih mengepulkan asap, tampak seorang perempuan paruh baya bernama Pri (53), warga Kaloran, Wonogiri. Ia duduk lemas di depan puing kiosnya yang dulu menjadi tempatnya menjahit. Dengan mata sembab, ia berkata lirih kepada wartajawatengah.com.
“Mesin jahit saya, kain, benang… semua habis. Cuma ini satu-satunya pekerjaan saya. Sekarang saya bingung mau mulai dari mana," Pri.
Kebakaran pada pasar kali ini, bukan hanya membakar harta benda, tetapi juga harapan, rutinitas pekerjaan dan masa depan keluarga.
Pasca kebakaran, pejabat daerah dan tokoh politik silih berganti mendatangi lokasi. Namun masyarakat berharap kedatangan mereka tak berhenti pada simpati dan dokumentasi media sosial belaka. Harapan mereka sederhana — ada langkah nyata, bukan hanya janji.
Mereka ingin pemerintah hadir memberikan solusi: tempat berjualan sementara, bantuan peralatan, dan modal agar mereka bisa kembali berdiri di atas puing kehidupan yang tersisa. Kebakaran pasar di Wonogiri kali ini bukan hanya peristiwa kehilangan fisik, tetapi juga kehilangan rasa aman dan keyakinan. Karena di balik abu dan arang itu, tersimpan cerita perjuangan orang-orang kecil yang berusaha bertahan hidup.
Sudah saatnya, pemerintah daerah menjadikan tragedi berulang ini sebagai titik balik, memperkuat sistem keamanan pasar, menata kembali fasilitas, dan memastikan tidak ada lagi air mata pedagang yang menetes di antara bara.
Pasar bukan sekadar bangunan — ia adalah denyut ekonomi rakyat. Dan ketika pasar terbakar, yang hangus bukan hanya kios, tapi juga harapan.
(Red/Giyarto)
Social Plugin