GUNUNGKIDUL, DIY || wartajawatengah.com – Hujan beserta angin akibatkan rumah warga rusak, dan harus menanggung pilu setelah rumah sederhananya rusak akibat hujan deras disertai angin kencang. Atap rumah yang rapuh tak mampu menahan terjangan cuaca ekstrem, hingga sebagian bangunan nyaris roboh. Darmi (70), seorang lansia asal Dusun Mendang III, Kalurahan Ngestirejo, Kapanewon Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Rabu (20/08/2025).
Kesedihan makin bertambah karena kondisi ekonomi Darmi yang terbatas membuatnya tak mampu memperbaiki rumah. Warga sekitar pun ikut prihatin, bahkan beberapa tetangga berinisiatif menyampaikan permohonan bantuan kepada dinas terkait.
Namun, jawaban yang diterima justru mengejutkan. Dalam sebuah balasan pesan singkat melalui aplikasi WhatsApp, pihak terkait menyebut bahwa Darmi tak layak menerima bantuan lantaran anak-anaknya dianggap sudah mapan.
“Relawan sudah cek. Ternyata putrane tergolong mapan. Malah itu sok dititipi putu. Anaknya itu punya mobil, usaha lumayan,” bunyi balasan tersebut.
Pernyataan ini sontak menuai reaksi keras dari warga sebut saja ST (40). Mereka menilai alasan itu tidak bijak, sebab kesuksesan anaknya tergolong biasa saja. Lagipula, anak-anak Darmi sudah berumah tangga dan memiliki tanggung jawab masing-masing, sehingga tidak serta-merta mampu menanggung beban orang tua sepenuhnya.
“Kami sangat menyayangkan jawaban seperti itu. Bencana kan tidak ada yang minta, mestinya dinas benar-benar turun langsung melihat kondisi warga, bukan sekadar menilai dari tampilan luar atau kabar sepintas,” ujar salah seorang warga dengan nada kecewa.
Musibah seharusnya dipandang sebagai persoalan kemanusiaan, bukan dihitung berdasarkan standar “kemapanan” keluarga. Bantuan darurat semestinya diberikan atas dasar kebutuhan korban, bukan atas asumsi kondisi ekonomi anak-anaknya. Publik berharap kejadian ini menjadi koreksi serius bagi pihak terkait agar lebih cermat, transparan, dan empati dalam menyalurkan bantuan bagi masyarakat yang tertimpa bencana.
(Red/pupung)
Social Plugin