RATLB KSPPS BTM Muhammadiyah Baturetno Memanas, Dana Nasabah Rp6 Miliar Mandek, Pengurus Disorot

WONOGIRI, JATENG || wartajawatengah.com—

Rapat Anggota Tahunan Luar Biasa (RATLB) Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) BTM Muhammadiyah Baturetno yang digelar di Gedung Ahmad Jayadi, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Minggu (14/12/2025).

 

Diwarnai ketegangan, sejumlah anggota secara terbuka menuntut pengurus, segera mengembalikan dana tabungan nasabah yang tak kunjung bisa dicairkan selama bertahun-tahun.


Rapat yang awalnya berlangsung kondusif berubah panas setelah anggota menyampaikan protes keras. Spanduk bernada sindiran dan kecaman dibentangkan, disusul luapan emosi peserta rapat yang kecewa lantaran tidak mendapat kepastian soal pengembalian dana. Beberapa anggota bahkan menggebrak meja sebagai bentuk kemarahan.


Salah satu nasabah, Muhsin Raharjo, menyatakan RATLB digelar atas desakan anggota untuk memperoleh kejelasan terkait dana tabungan yang terkatung-katung. Ia menyebut persoalan di tubuh koperasi mulai tercium sejak pertengahan 2024, ketika penarikan tabungan dipersulit dan kewajiban Rapat Anggota Tahunan (RAT) tidak dilaksanakan.


“Sejak saat itu kepercayaan anggota runtuh. Dana kami tidak bisa ditarik, laporan keuangan tidak jelas, dan tidak ada penjelasan terbuka,” kata Muhsin.


Muhsin menduga, masalah tersebut dipicu pengelolaan keuangan yang buruk, disertai dugaan penyalahgunaan dana oleh oknum pengurus dan karyawan. Kondisi diperparah oleh tingginya kredit macet yang membuat koperasi terpuruk. Ia mengaku memiliki tabungan lebih dari Rp800 juta yang hingga kini belum dapat dicairkan.


“Kami tidak menuntut bagi hasil. Yang kami minta sederhana, dana tabungan anggota dikembalikan 100 persen, secepatnya,” tegasnya.


Keluhan serupa disampaikan Intan Nurul, nasabah lainnya. Ia berharap pengurus koperasi melibatkan organisasi Muhammadiyah untuk membantu penyelesaian masalah agar dana ribuan nasabah yang nilainya mencapai miliaran rupiah dapat segera dikembalikan.

Menurut Intan, kasus ini telah menimbulkan dampak sosial yang serius.


Ia mengungkapkan, sedikitnya tiga nasabah meninggal dunia karena tekanan psikologis akibat dana mereka tak kunjung kembali. Salah satunya adalah ibunya sendiri. Total dana keluarga Intan yang tersimpan di koperasi tersebut disebut mencapai lebih dari Rp1,4 miliar.


“Selain dugaan manipulasi laporan keuangan, pengelola juga dinilai tidak transparan, termasuk pembelian aset tanah tanpa sepengetahuan anggota. Saya sendiri tidak bisa mencairkan tabungan sejak 2021,” ujarnya.


Sementara itu, Ketua Pengurus KSPPS BTM Muhammadiyah Baturetno, Heri Suprono, mengakui dana nasabah yang belum dapat dikembalikan mencapai sekitar Rp6 miliar. Ia menyebut penyalahgunaan dana dilakukan oleh manajer dan sejumlah karyawan koperasi.


“Ada lima orang yang terlibat. Kami akan berupaya mengembalikan dana nasabah dengan menarik kredit dari peminjam dan menjual aset koperasi,” kata Heri.


Namun, pernyataan tersebut belum sepenuhnya meredakan kekecewaan anggota. Banyak pihak menilai pengurus masih belum menunjukkan langkah konkret dan transparan, sementara nasib dana tabungan ribuan anggota tetap berada dalam ketidakpastian.




(Red/giyarto)