Bupati Wonogiri Tutup Rangkaian Hari Jadi Kabupaten Wonogiri Sekaligus Resmikan STC

  

WONOGIRI, JATENG || wartajawatengah.com_ Rangkaian Hari Jadi Ke-284 Kabupaten Wonogiri resmi ditutup, melalui gelaran Festival Pendidikan dan Kebudayaan serta peresmian Sport Tourism Center (STC) Stadion Pringgodani, Kabupaten Wonogiri, Sabtu (31/05/2025).

Bupati Wonogiri, Setyo Sukarno, membuka langsung acara sekaligus meresmikan STC Pringgodani, yang kini tampil dengan wajah baru usai direvitalisasi senilai Rp18 miliar. Dalam sambutannya, ia menyebut festival tersebut sebagai momen untuk meneguhkan semangat Wonogiri Ngrembaka Nirantara—sebuah cita-cita daerah untuk terus tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.

“Bersama kita menyaksikan potensi pendidikan dan kebudayaan Wonogiri dalam berbagai keragaman. Ini menjadi makna nyata dari slogan Ngrembaka Nirantara,” ujar Setyo.

Festival ini, bertepatan dengan 100 hari kepemimpinan Bupati Setyo Sukarno dan Wakil Bupati Imron Rizkyarno. Dalam refleksinya, Setyo menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk membangun Wonogiri yang berdaya saing, maju, sejahtera, dan berkelanjutan.

Empat misi pembangunan disampaikan, yaitu pembangunan ekonomi yang berdaya saing melalui penguatan sektor unggulan dan infrastruktur distribusi.

Peningkatan kualitas hidup masyarakat, termasuk akses pendidikan dan kesehatan, ketahanan pangan, dan perbaikan rumah tidak layak huni.

Reformasi tata kelola pemerintahan, untuk menciptakan aparatur yang kompeten, akuntabel, dan inovatif. Ketahanan sumber daya alam, yang meliputi kelestarian lingkungan, penataan ruang, hingga mitigasi perubahan iklim.

“Setiap capaian di Wonogiri harus menjadi bagian dari kontribusi pencapaian nasional,” tegas Setyo.

Ketua Panitia, Kepala Sekolah SDN 6 Wonogiri, Eko Siswanto, menyebut sebanyak 52 Sekolah Dasar di Kecamatan Wonogiri Kota, ambil bagian dalam festival ini.

"Yang dipamerkan hasil belajar anak bersama orang tua, termasuk Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Ada batik ciprat, makanan olahan lokal, hingga minuman dari empon-empon,” jelas Eko Siswanto.

Kegiatan berlangsung hingga malam hari, melibatkan siswa dan guru dalam berbagai pertunjukan seni, seperti tari, musikalisasi puisi, hingga teater.

“Kita sekaligus mengadakan outing class. Ini adalah ruang ekspresi yang menyatukan pendidikan, budaya, dan kreativitas lokal,” pungkas Eko Siswanto.



(Red/pupung/giyaryo)